Doa Leluhur dan Keberkahan: Pelestarian Spiritualitas dan Kearifan Budaya Nusantara

Doa Leluhur dan Keberkahan: Pelestarian Spiritualitas dan Kearifan Budaya Nusantara

Admin | 01 Juli 2025

Dalam semangat pelestarian nilai-nilai spiritual dan kebudayaan luhur bangsa, Keluarga Besar Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI menyelenggarakan kegiatan Doa Leluhur dan Keberkahan di Cetiya Jambhala Jaya, Senin (30/6/2025). Kegiatan ini menjadi refleksi sekaligus penghormatan terhadap jasa para leluhur serta penguatan nilai spiritual dalam kehidupan beragama masyarakat Buddha Indonesia.

Acara doa dilaksanakan dengan khidmat, dipimpin dalam dua tradisi besar Buddhisme, yaitu Buddhayana dan Tantrayana. Kedua tradisi ini menyatu dalam suasana penuh kesakralan, menjadi wadah syukur, harapan, dan renungan mendalam atas perjalanan kehidupan, serta niat untuk mengawali masa depan dengan semangat baru.

Dalam sesi Dhammadesana, Yang Mulia Bhikkhu Sasanabodhi Mahathera, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua III STIAB Smaratungga, menekankan bahwa Doa Leluhur dan Keberkahan adalah wujud konkret dari warisan budaya Nusantara yang kaya akan makna spiritual dan religius.

“Tidak ada salahnya kita menyelenggarakan kegiatan ini sebagai salah satu upaya sebagaimana murwokoro, artinya kita memulai sesuatu yang baru dengan semangat dan spirit yang baru,” ujar Bhante.

Bhante juga mengajak seluruh peserta untuk tidak hanya melihat tradisi dari sisi lahiriah, melainkan menggali pesan moral dan nilai spiritual yang terkandung di dalamnya.

“Tradisi adalah warisan luhur yang diciptakan para leluhur dengan kecermatan dan kecakapan penghayatan spiritual. Falsafah Jawa seperti ‘urip iku gawe nguripi’ (hidup untuk menghidupkan) sejatinya memiliki konektivitas yang kuat dengan ajaran Buddha Dhamma,” lanjutnya.

1602.jpgFoto : Bimas Buddha Kemenag RI

Menutup kegiatan, Direktur Jenderal Bimas Buddha, Supriyadi, menyampaikan pesan reflektif yang menggugah semangat seluruh jajaran untuk terus berbenah dan bergerak maju.

“Semoga momentum-momentum ini menjadi pengingat bagi kita semua: hal-hal baik yang telah kita lakukan, kita lanjutkan dan tingkatkan. Hal-hal yang belum baik segera kita perbaiki, dan yang buruk kita tinggalkan. Hal-hal yang belum muncul jangan kita munculkan. Demi kebahagiaan bersama,” ungkap Supriyadi.

Dalam kesempatan tersebut, Dirjen juga mengajak untuk mendoakan para pendahulu, khususnya 22 orang mendiang pegawai Ditjen Bimas Buddha, sebagai bentuk penghormatan dan kesinambungan spiritual.

“Kita doakan semoga mereka berbahagia dan menjadi spirit kita untuk terus membangun perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia,” pungkasnya.

Kegiatan ini diharapkan menjadi pengingat kolektif akan pentingnya memelihara spiritualitas dalam kehidupan berbangsa dan beragama, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama untuk melanjutkan perjuangan dan teladan para pendahulu demi kebaikan bersama.