UKM Paduan Suara dan Tari Turut Meriahkan Outstanding Women in Buddhism Awards 2025
- 09 Maret 2025
Banjarnegara, 12 April 2025 — Untuk kedua kalinya, umat Buddha lintas majelis dari berbagai daerah di Indonesia menggelar Puja Bakti Waisak Esoteris 2025 di Candi Bima, Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara, pada Sabtu (12/4). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya spiritual dan kultural untuk menyambungkan kembali umat dengan akar leluhur Nusantara, serta membangun ruang bersama lintas tradisi dalam semangat Dharma dan kebhinekaan.
Acara yang diinisiasi oleh umat Buddha dan didukung oleh Yayasan Kalpataru Dharma Persada Cilacap ini diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai kota, antara lain Wonosobo, Banjarnegara, Temanggung, Cilacap, Semarang, Ungaran, Kediri, Jakarta, Magelang, Bogor, dan Yogyakarta. Turut hadir pula perwakilan dari Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Kabupaten Wonosobo, umat Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wonosobo, serta beberapa Mangku dari Bali.
Dengan mengangkat tema “Kembali ke Tanah Leluhur untuk Memuliakan Leluhur yang Telah Mewariskan Dharma dan Keagungan Sejarah Bangsa”, kegiatan ini dirancang sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi spiritual kuno Nusantara, sekaligus menjalin sinergi lintas iman dan budaya.
Waisak Esoteris diperingati 15 hari setelah Tahun Baru Saka, berbeda dari peringatan Waisak Nasional yang dirayakan secara umum. Dalam kegiatan ini, berlangsung puja bakti bersama, persembahan kesenian kepada para Dharmapala dan Ishta Devata, serta ritual utama dalam tata cara Shiva-Buddha. Setiap tradisi diberi ruang untuk melaksanakan ritual singkat, menandai kolaborasi yang inklusif dan harmonis.
Subarno selaku panitia mengungkapkan harapannya agar kegiatan ini dapat menjadi agenda tahunan. “Semoga tahun-tahun mendatang ada donatur yang mau menyokong, dan semoga juga mendapat perhatian Kementerian Agama sehingga acara bisa dilaksanakan kembali,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa pelaksanaan ini sengaja dilakukan sebelum Waisak Nasional agar umat tetap bisa mengikuti kegiatan sesuai arahan majelis masing-masing.
Asal-Usul Penanggalan Waisak Esoteris
Rama Tarra Lozhang, pembimbing meditasi dan Ketua Majelis Mahayana Jawa Tengah, turut memberikan penjelasan terkait penanggalan Waisak Esoteris. Ia menyebut bahwa Waisak selalu bertepatan dengan purnamasiddhi bulan Wesakhamasa dalam kalender Saka.
“Setiap hari besar agama Buddha terjadi saat purnamasiddhi. Nyepi di Nusantara adalah warisan Shiva-Buddha dan jatuh pada 1 Wesakhamasa. Maka, Waisak sebagai peringatan Tri Suci jatuh dua minggu setelahnya,” jelas Rama Tarra. Ia menambahkan, perayaan Waisak Nasional di Indonesia yang berdasarkan kalender Masehi sering kali jatuh pada bulan Jyesthamasa—satu bulan setelah Wesakhamasa yang sesungguhnya.
Meski belum ada kajian arkeologis yang pasti mengenai keterkaitan Candi Bima dengan agama Buddha, sebagian umat meyakini bahwa candi tersebut memiliki unsur Bhairawa-Buddha. “Stupa Candi Bima berbeda dengan candi-candi lain di kawasan Dieng. Di dalamnya terdapat pelinggih yang kemungkinan adalah tempat arca, dan jelas bukan Yoni dalam versi Hindu,” imbuh Subarno.
Waisak Esoteris 2025 di Candi Bima tak hanya menjadi bentuk ekspresi religius, tetapi juga simbol pelestarian warisan spiritual Nusantara yang kaya, plural, dan penuh makna. Kegiatan ini memperlihatkan bahwa kebersamaan lintas tradisi mampu menghadirkan ruang suci baru bagi dialog, penghormatan, dan pemulihan nilai-nilai luhur bangsa.
dokumentasi : Ngasiran & Ana, Buddhazine.
#WaisakEsoteris #CandiBima #Dieng #ShivaBuddha #SpiritLeluhur #HarmoniNusantara #STIABSmaratungga