#

Sejarah Baru Tercipta: Upasampada Bhikkhuni Pertama di Indonesia di Candi Borobudur

Admin | 08 Februari 2025

MAGELANG — Sebuah sejarah baru terukir dalam perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia dengan diselenggarakannya upasampada (penahbisan) Bhikkhuni Theravada pertama yang dilaksanakan oleh Sangha Agung Indonesia (SAGIN) di Candi Borobudur, Magelang, pada Jumat (7/2). Upacara sakral ini menandai momen penting bagi umat Buddha di Tanah Air, karena untuk pertama kalinya enam calon bhikkhuni menerima tahbisan penuh. Acara ini dipimpin oleh Sangha Bhikkhuni dari Sri Lanka, YM. Sumitra Mahātherī, sebagai pemberi upasampada.

Acara bersejarah tersebut turut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dalam komunitas Buddha di Indonesia, termasuk Mahanayaka Sangha Agung Indonesia Bhante Nyanasuryanadi Mahathera, Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI Supriyadi, Ketua Umum SAGIN Bhante Khemacaro Mahathera, Ketua Umum Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Amin Untario, Nayaka Sangha Mahayana dan Vajrayana, para pandita, serta sejumlah donatur. Yayasan Catra Jinadhammo Magelang juga memainkan peran kunci dalam memfasilitasi acara ini.

DSC_5115.JPG

Sejarah Penting bagi Umat Buddha di Indonesia

Pentahbisan bhikkhuni ini menjadi tonggak penting bagi umat Buddha di Indonesia, terutama bagi MBI. Sebelumnya, pentahbisan Bhikkhu pernah dilakukan di Candi Borobudur pada 2 Mei 1970, yaitu penahbisan Bhante Jinadhammo dan beberapa bhikkhu lainnya. Dengan penahbisan ini, SAGIN kini memiliki sembilan bhikkhuni, termasuk enam yang baru saja ditahbiskan.

Ketua Umum MBI, Amin Untaryo, menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya atas terselenggaranya upasampada ini. Menurutnya, acara ini tidak hanya menjadi bentuk pengakuan terhadap kesetaraan gender dalam agama Buddha, tetapi juga menunjukkan potensi perempuan dalam mencapai tujuan tertinggi dalam ajaran Dhamma.

“Momentum ini akan memberikan dampak positif bagi perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia maupun dunia. Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini, karena tidak hanya memperkenalkan tradisi Buddha, tetapi juga menjadi simbol kebijaksanaan dan cinta kasih yang mengakui potensi perempuan untuk mencapai kebebasan tertinggi,” ujar Amin.

DSC_5020.JPG

Harapan bagi Bhikkhuni Baru

Bhante Khemacaro, Ketua Umum SAGIN, menyambut dengan antusias kehadiran para anggota Sangha baru. Ia berharap para bhikkhuni yang baru saja ditahbiskan dapat mengikuti jejak Bhante Jinadhammo dalam mengembangkan Buddha Dhamma di Indonesia.

“Upasampada pertama Sangha Bhikkhuni secara lengkap telah diterima oleh SAGIN pada pukul 09.28.45 WIB. Para bhikkhuni yang baru saja ditahbiskan adalah bhikkhuni pertama, namun menjadi yang kedua ditahbiskan di Borobudur setelah Eyang Jinadhammo Mahāthera. Semoga keenam bhikkhuni ini mampu mengikuti jejak Bhante Jinadhammo beserta bhante lainnya, serta upasampada ini semoga menandai berkembangnya Buddha Dhamma di Nusantara,” ungkap Bhante Khemacaro.

Apresiasi dari Pemerintah

Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI, Supriyadi, menyampaikan apresiasi mendalam atas penyelenggaraan upasampada ini. Ia menyampaikan ucapan selamat kepada para bhikkhuni baru dan mengingatkan pentingnya peran umat Buddha dalam mendukung kehidupan para Sangha.

“Saya merasa bersyukur dapat menyaksikan peristiwa penting ini di Borobudur. Ini adalah kali pertama saya menyaksikan upasampada Bhikkhuni di Indonesia. Kami dari pemerintah menyampaikan terima kasih kepada Sangha Bhikkhuni dari Sri Lanka yang telah bekerja sama dalam pengembangan Buddha Dhamma di Indonesia,” kata Supriyadi.

Ia menambahkan, “Dalam agama Buddha, Sangha ditempatkan sebagai sosok yang memiliki kelebihan dalam pengetahuan, moral, dan spiritual. Namun, para upasaka dan upasika juga memiliki tugas untuk memberikan dukungan agar harapan dari para rohaniwan dapat tercapai.”

DSC_5106.JPG

Harapan untuk Masa Depan

Dengan terselenggaranya upasampada ini, diharapkan perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia semakin pesat dan mampu memberikan manfaat bagi umat Buddha serta masyarakat luas. Keberadaan bhikkhuni diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi perempuan di Indonesia untuk lebih aktif dalam menjalankan peran mereka dalam memperkuat nilai-nilai kebijaksanaan, cinta kasih, dan perdamaian.

Penahbisan ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi simbol kesetaraan, kebersamaan, dan komitmen umat Buddha Indonesia dalam melestarikan warisan spiritual yang telah ada selama ribuan tahun. Dengan langkah ini, Buddha Dhamma diharapkan semakin diterima dan dipahami oleh masyarakat luas, baik di Indonesia maupun di dunia.